Bandara Mattala Rajapaksa dikenal sebagai “bandara paling sepi di dunia” karena rencana ambisius untuk infrastrukturnya gagal.
Di Sri Lanka terdapat sebuah bandara internasional besar yang menjadi semacam monumen ambisi yang berlebihan. Bandara ini dibuka pada tahun 2013 dengan biaya hampir 210 juta dolar, namun hingga saat ini hanya melayani sekitar 7 penumpang per hari, seperti yang dilaporkan oleh Daily Star.
Mattala Rajapaksa dijuluki sebagai “bandara paling sepi di dunia.” Selain itu, bandara ini terlilit hutang karena pendapatan minimnya tidak cukup untuk membayar pinjaman dari China.

Bandara Internasional Mattala Rajapaksa terletak sekitar empat setengah jam perjalanan dari Kolombo, ibu kota Sri Lanka. Bandara ini berada di provinsi Hambantota, dikelilingi oleh hutan dan desa-desa kecil dengan fasilitas taksi dan hotel.
Bandara ini dibuka lebih dari sepuluh tahun yang lalu pada tahun 2013 oleh presiden saat itu, Mahinda Rajapaksa. Dalam kampanye presidennya, Rajapaksa menghabiskan 210 juta dolar untuk pembangunan bandara, sebagian besar didanai oleh China melalui inisiatif “Satu Sabuk, Satu Jalan.”
Awalnya, bandara ini diharapkan akan dikelilingi oleh infrastruktur lain yang memungkinkan Sri Lanka yang terpencil mendapatkan manfaat dari ribuan turis Barat dan Asia.
Namun, rencana tersebut tidak terwujud, dan hanya sedikit penerbangan yang pernah lepas landas dari landasan pacunya.
Rajapaksa meninggalkan jabatannya pada Januari 2015 setelah kalah dalam pemilihan, sebagian karena proyek megahnya dengan cepat merugi.

Dengan pendapatan penerbangan yang rendah, terminal kargo bandara yang tidak terpakai disewakan untuk menyimpan panen besar beras dari wilayah tersebut, serta digunakan untuk parkir jangka panjang pesawat yang tidak digunakan. Sementara 12 loket yang awalnya dibangun untuk melayani satu juta penumpang tetap terbengkalai.
Masa depan bandara ini tidak jelas, dan ada rumor bahwa India yang sedang berkembang mungkin tertarik untuk membeli aset ini, meskipun hal ini belum dikonfirmasi.
