Ma’nene (merawat mawat) masih menjadi tradisi yang hidup di kampung di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, khususnya yang masih tinggal di pedesaan. Keluarga daridari jenazah yang dimakamkan akan membersihkan, menggantikan pakaian, dan merawat jenazah anggota keluarga mereka yang sudah lama ataupun baru dikubur. Ritual adat ini merupakan bagian dari rangkaian upacara adat Rambu Solo’ (kematian).
Dulu, Ritual Ma’nene biasanya dilaksanakan setiap tahun pada bulan Agustus atau awal September setelah panen padi. Namun karena biaya untuk prosesinya mahal, tidak semua masyarakat Toraja dapat melaksanakannya setiap tahun. Saat ini ritual Ma’nene umumnya dilaksanakan tiga tahun sekali. Ritual ini merupakan waktu di mana seluruh anggota keluarga berkumpul untuk ”bertemu” orang tua, nenek, atau kerabat yang telah tiada, sehingga mendorong warga Toraja di perantauan untuk kembali ke daerah asalnya.


Sebelum memulai rangkaian ritual Ma’nene, mula-mula makam batu dibuka dan keluarga melakukan ibadah di gereja terdekat. Jenazah baru dikeluarkan esok harinya. Setelah dikeluarkan, jenazah dibersihkan di bawah sinar matahari lalu dipakaikan pakaian dan kain baru. Jenazah yang sudah rapi kemudian disemayamkan di tempat lain selama satu atau dua hari sebelum dimasukan kembali ke dalam makam yang telah dibersihkan dan dipercantik. Perlu diingat bahwa masyarakat Toraja Utara memakamkan keluarganya di dalam makam-makam batu raksasa di sudut puncak bukit. Mereka percaya pemakaman di batu bukit ”kuat dan abadi”. Mayat yang disimpan di dalamnya akan lebih awet, tidak cepatmembusuk seperti jika dikuburkan dalam tanah. Dinding-dinding bukit dilubangi dengan bentuk persegi dan ditutupi pintu dari kayu mahoni dengan coraknya beragam khas Toraja. Jumlahnya lubang makam bisa mencapai seratus lebih. Satu lubang berisi beberapa jenazah dalam satu keluarga. Biasanya lima jenazah. Ukuran liang makam bisa diatur bergantung jumlah hewan yang dibayarkan. Kondisi jenazah kebanyakan masih cukup baik karena telah melalui proses mumifikasi, walau ada juga yang kondisinya sudah menjadi kerangka.
Selama acara berlangsung, keluarga dan pemuka adat melakukan pembacaan doa dan berpesta dengan menyembelih hewan-hewan ternak. Acara Ma’nene umumnya juga dilakukan dengan mengorbankan hewan ternak besar, seperti babi atau kerbau. Untuk membuat satu liang di batu makam baru, warga biasanya butuh tiga sampai enam kerbau. Dulu, hewan-hewan tersebut adalah upah bagi para pemahat peti jenazah, namun sekarang lebih diartikan sebagai ungkapan rasa syukur Bersama warga setempat. Jenazah terkadang juga dipakaikan pakaian-pakaian unik seperti seragam sekolah. Keluarga pun ramai-ramai mengambil foto bersama jenazah anggota keluarga mereka yang sudah menjadi mumi. Saat ingin dimasukan ke peti jenazah yang umumnya bergambar Yesus dan Perjamuan Kudus, keluarga akan menyematkan pernak-pernik yang almarhum sukai semasa hidup. Keseluruhan proses ritual Ma’nene bisa berlangsung selama seminggu.
Jangan lupa subscribe channel!