Menurut salah satu cerita, boneka Sigale-gale dulunya dibuat untuk mengenang Pangeran Manggale anak Raja Rahat di daerah Uluan, Toba Samosir yang tewas dikala memimpin pasukan menghadapi musuh di hutan. Karena kesedihannya yang mendalam, Raja Rahat menjadi sakit-sakitan. Para penasihat kerajaan kemudian membuat ide untuk membuat boneka kayu yang dibuat semirip mungkin dengan bentuk dan ukuran fisik asli Pangeran Manggale. Saat patung sudah selesai dibuat oleh pemahat kayu yang handal, para penasihat melakukan ritual pemanggilan arwah dengan meniup suling Sordam dan menabuh Gondang Sabangunan sembari melakukan Manortor (menari Tor-tor) untuk memanggil roh Pangeran Manggale. Patung itu dipakaikan kain Ulos dan mahkota Sortali. Ketika seorang dukun merapal matra sambil Manortor mengelilingi patung tersebut sampai tujuh kali, tiba-tiba patung itu mulai bergerak dan ikut Manortor juga. Raja Rahat kemudia ikut Manortor bersama patung anaknya, disusul rakyat yang ikut bersuka-cita karena menganggap Pangeran Manggale telah kembali melalui patung tersebut. Ritual ini harus selesai sebelum fajar terbit karena roh di dalam patuh tersebut akan pergi. Sejak saat itu, dikala sang Raja merindukan putranya, Ia akan melakukan ritual pemanggilan arwah lagi. Patung ini kemudian dinamai Sigale-gale karena gerakannya yang dalam bahasa Batak Samosir artinya ”si lemah, si lunglai”. Demikianlah upacara itu selalu dilakukan secara rutin hingga sang Raja meninggal dunia.

Di masa modern sekarang, masyarakat Batak melestarikan tradisi Sigale-gale dengan menjadikannya sebagai atraksi budaya dan wisata. Boneka Sigale-gale ditegakan di atas podium kayu dan disambungkan dengan tali-tali yang kemudian dikendalikan oleh Dalang dari belakang patung sehingga Sigale-gale dapat digerakan seolah sedang Manortor. Wisatawan yang penasaran ingin melihat langsung Sigale-gale dapat berkunjung ke Desa Wisata Tomok, Simanindo, Samosir, Sumatera Utara. Di sana wisatawan dapat ikut Manortor Bersama Sigale-gale dengan menggunakan kain Ulos yang sudah disediakan. Di akhir tarian, wisatawan akan diminta untuk memasukkan uang sukarela ke dalam kantong baju Sigale-gale sebagai bentuk donasi. Tarian akan ditutup dengan meneriakkan “Horas” sebanyak tiga kali sebagai ungkapkan rasa terima kasih atau selamat tinggal.
Jangan lupa subscribe channel!