Mantan finalis Miss Swiss 2007 Kristina Joksimovic (38) ditemukan tewas dimutilasi di ruang bawah tanah rumahnya di daerah pemukiman kelas atas Binningen, sebuah distrik di Basel, Swiss pada 13 Februari lalu.
Wanita berdarah Serbia itu menikah dengan suaminya pada tahun 2017. Suaminya yang seorang pengusaha, Marc Rieben (41) awalnya mengklaim bahwa ia “menemukan istrinya meninggal” di dekat tangga, namun kemudian Ia mengakui bahwa Ia telah membunuh istrinya. Ia mengaku hanya membela diri karena Kristina menyerangnya dengan pisau. Sedangkan menurut laporan otopsi, Kristina tampaknya tewas dicekik dan terdapat luka-luka mengerikan lainnya di tubuhnya, termasuk memotong dan mengambil rahim Kristina. Tubuh Kristina dimutilasi dengan gergaji ukir, pisau, dan gunting kebun. Beberapa bagian tubuhnya dimasukkan ke dalam blender industrial dan kemudian dilarutkan dalam larutan kimia. Marc mengaku bahwa hal keji tersebut dilakukan karena panik, sedangkan hasil otopsi mengindikasikan bahwa Ia melakukan mutilasi yang terencana dan sistematis selama beberapa jam, ketika memotong-motong dan mencoba membuang mayat menggunakan alat dan bahan kimia khusus sebagai upaya untuk memanipulasi jejak.
Para penyelidik menemukan sejumlah besar lipatan kulit, beberapa dengan otot yang menempel, serta sejumlah besar potongan otot, beberapa dengan potongan tulang yang menempel. Otopsi mengungkapkan bahwa sebelum memotong-motong tubuhnya, Marc mematahkan sendi pinggul Kristina hingga keluar dari soketnya dan melakukan disartikulasi – yaitu pemotongan tulang dari sendinya, seperti amputasi – pada lengan atas kiri, lengan bawah, dan tungkai bawah kanan. Dia kemudian memotong secara kasar tulang belakang bagian atas Kristina untuk memenggal kepalanya dan membelah tubuhnya menjadi dua di atas panggulnya. Saat memutilasi jasad korban, dia memutar video Youtube di telepon genggamnya, kata penyidik.

Ayah Kristina menemukan kepala anaknya di dalam kantong sampah hitam dengan rambut pirang yang mencuat di ruang cucinya di mana sebagian sisa-sisa kepalanya yang sudah hancur ditinggalkan sementara anak-anaknya yang masih kecil bermain di dekatnya tanpa menyadarinya. “Saat dia membuka kantong sampah hitam itu, dia melihat kepala Kristina terpenggal dengan rambut yang masih menempel,” kata seorang teman keluarga. Awalnya orangtua Kristina merasa khawatir karena mereka mendapat telepon dari taman kanak-kanak tempat cucu perempuan belajar meminta mereka untuk menjemput anak-anak karena Kristina tidak kunjung datang untuk menjemput. Saat ayah Kristina mengantar cucu mereka ke rumah, Marc mengaku tidak tahu di mana keberadaan Kristina dan menawarkan sesuatu untuk diminum kepada ayahnya. Marc terus bersikeras dia tidak tahu di mana Kristina berada dan mengklaim Kristina kadang-kadang memang sering pergi begitu saja. Selama berjam-jam, Ia berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa, mengobrol dengan ayah mertuanya dan menyiapkan makan malam untuk mereka sebelum menidurkan anak-anaknya.
Ayah Kristina kemudian kembali ke rumahnya untuk menjemput istrinya. Setiba di rumah Kristina, Ibunya ingin mengajukan laporan orang hilang ke polisi, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena dia baru hilang selama lebih dari sehari dan Marc menutup percakapannya dengan polisi di telepon. Saat Marc berbicara dengan ibu mertuanya, ayah Kristina mencari jejak putrinya di setiap ruangan di rumah. Saat Ia mencapai ”bunker terisolasi dengan dinding beton tebal” di ruang bawah tanah, tempat ruang cuci rumah itu, disitulah ayahnya menemukan Kristina dengan kondisi mengenaskan.
Saat dia membuka kantong plastik hitam yang berisi potongan kepala anaknya, dia berlari keluar sambil berteriak dan menyuruh orang yang lewat untuk menelepon polisi, sebelum kembali ke rumah untuk menghadapi menantu laki-lakinya yang tercengang karena mungkin Ia mengira tidak akan ada yang menemukan jasad Kristina. Menurut kesaksian teman kristina, Marc bahkan dengan kejam menyalahkan orang tua Kristina karena terlalu lama berada di rumah mereka hari itu. Sambil dibawa pergi dengan borgol Marc mengatakan mereka tidak akan menemukan Kristina jika mereka hanya berkunjung sebentar saja. Saat ini kondisi ayah Kristina terlihat kuat dan masih bisa bertahan, walaupun sedang menerima perawatan psikologis. Sedangkan ibu Kristina benar-benar hancur. Ia menemui psikiater setiap hari, ia tidak bisa mengatasinya. Anak-anak Kristina juga dirawat oleh psikolog anak.
Seorang kerabat keluarga mengungkapkan kepada bahwa ada perebutan hak asuh atas kedua anak Kristina, yang diketahui dirawat oleh orang tua Kristina dan saudara perempuannya. Orangtua Kristina dianggap terlalu tua untuk merawat anak-anak kecil tersebut dalam jangka panjang, dan kondisi mental mereka juga dipertanyakan. Saudari Marc, yang tinggal di kota kelahirannya, Bern, bersama keluarganya, kini telah mengajukan hak asuh. Saudarinya itu diduga didukung oleh ayah Marc yang jutawan serta rekan-rekan pengacaranya. “Orangtua Kristina kelas menengah dan mereka tidak bisa menang melawan pengacara mahal keluarganya,” kata kerabat keluarga itu.
Sebelum kematiannya, dilaporkan bahwa hubungan pasangan ini sedang dalam keadaan tidak baik selama beberapa bulan terakhir. Sebelumnya polisi juga pernah dipanggil ke rumah mereka karena ada laporan kekerasan fisik. Laporan darurat polisi dikatakan telah dibuat pada bulan Juli tahun lalu. Marc juga tercatat pernah bersikap kasar sebelumnya, kepada mantan pacarnya (sebelum menikah dengan Kristina). Dalam persidangan, mantan kekasih Marc memberikan kesaksian bahwa Marc sering mengamuk, termasuk saat kakinya ditrabak mobil oleh Marc, yang kemudian mengancam akan melemparnya keluar dari mobil. Di waktu lain, saat mengemudi, Marc pernah menginjak rem mendadak, membuatnya mengalami whiplash (cedera leher) setelah kepalanya terbentur dasbor.
Dalam laporan otopsi juga disimpulkan bahwa ”Berdasarkan status penyelidikan saat ini, ada indikasi konkret bahwa pelaku memiliki penyakit mental atau gangguan kepribadian psikopatologis yang signifikan. Ia telah menunjukkan tingkat energi kriminal yang sangat tinggi, kurang empati, dan berdarah dingin setelah pembunuhan istrinya, ibu dari kedua anaknya.” Pada tanggal 11 September, banding untuk pembebasan yang diajukan Marc ditolak.
Jangan lupa subscribe channel!