Pemerintah kota Seoul mengumumkan bahwa mereka akan menghabiskan 451,3 miliar won (hampir $327 juta) selama lima tahun ke depan untuk “menciptakan kota di mana tidak ada seorang pun yang merasa kesepian.” Inisiatif baru mereka meliputi konselor kesepian yang tersedia di hotline 24/7, platform daring untuk konseling serupa, serta tindakan lanjutan termasuk kunjungan dan konsultasi langsung.Kota ini juga berencana untuk memperkenalkan layanan psikologis dan ruang terbuka hijau yang lebih luas; rencana makan bergizi untuk penduduk setengah baya dan lanjut usia; “sistem pencarian” khusus untuk mengidentifikasi penduduk terisolasi yang membutuhkan bantuan; dan kegiatan untuk mendorong orang-orang keluar rumah dan terhubung dengan orang lain, seperti berkebun, berolahraga, klub buku, dan banyak lagi.
Di Korea, orang-orang mengatakan mereka merasa sangat kesepian ketika mereka merasa tidak cukup berharga atau tidak memiliki tujuan. Budaya Korea Selatan yang kompetitif dan “berorientasi pada prestasi”, mendorong perasaan kesepian di antara mereka yang gagal mencapai tujuan mereka sendiri. Masalah kesepian telah menjadi perhatian nasional selama dekade terakhir karena jumlah masalah terkait meningkat – seperti orang muda yang menarik diri dari dunia dan menghabiskan hari-hari mereka terisolasi di rumah, seringkali selama berbulan-bulan. Faktor lain di balik peningkatan tersebut bisa jadi adalah krisis demografi negara tersebut. Populasi yang menua dan angka kelahiran yang menurun berarti jumlah kematian lebih banyak daripada kelahiran dalam beberapa tahun terakhir.