Setelah tragedi letusan yang mengubur seluruh kota, bukti baru menunjukkan kehidupan muncul kembali di antara abu dan puing-puing.

Ratusan tahun setelah bencana Gunung Vesuvius yang mematikan, arkeolog menemukan bukti mengejutkan: para penyintas ternyata kembali tinggal di reruntuhan Pompeii. Mereka hidup di tengah kehancuran, tanpa infrastruktur, namun tetap bertahan hingga berabad-abad kemudian.

Kehidupan di Antara Abu dan Puing
Kota kuno Pompeii yang pernah menjadi rumah bagi lebih dari 20.000 jiwa hancur seketika saat Gunung Vesuvius meletus pada tahun 79 Masehi. Abu dan batu panas menghujani kota, menguburnya hidup-hidup dan menyisakan tragedi yang membekas hingga kini.

Namun yang mengejutkan: tidak semua penghuni Pompeii benar-benar meninggalkan kota tersebut selamanya. Bukti baru dari penggalian arkeologi menunjukkan bahwa sebagian penyintas, yang tidak memiliki tempat untuk dituju, justru kembali dan tinggal di reruntuhan — membangun kehidupan baru di tengah kehancuran.
Pemukiman Bayangan di Tengah Kota Mati
Direktur Situs Pompeii, Gabriel Zuchtriegel, menjelaskan bahwa kawasan ini tidak lagi muncul sebagai kota yang terorganisir, melainkan sebagai area mirip kamp darurat — dengan rumah-rumah rapuh yang berdiri di atas lapisan abu.

Bangunan tua yang sebelumnya megah berubah menjadi hunian darurat. Orang-orang tinggal di lantai atas, sementara bagian bawah digunakan sebagai ruang penyimpanan atau ruang bawah tanah. Mereka hidup tanpa air bersih, saluran pembuangan, atau fasilitas Romawi lainnya. Namun, reruntuhan ini juga menyimpan kekayaan: banyak artefak dan barang berharga yang bisa ditemukan di antara puing-puing.
Statistik dan Jejak Sejarah yang Terlupakan
Letusan Gunung Vesuvius menewaskan sekitar 16.000 orang. Abu vulkanik menutupi kota hingga kedalaman 6 meter, yang secara tidak sengaja mengawetkan tubuh, bangunan, dan kehidupan Romawi dengan sangat detail.

Pompeii ditemukan kembali pada abad ke-16, namun penggalian besar-besaran baru dimulai pada abad ke-18. Selama ratusan tahun, arkeolog fokus pada “momen kematian” kota ini, dan melupakan periode setelahnya — yaitu saat para penyintas kembali dan bertahan hidup.
Kejadian Serupa di Dunia
Fenomena serupa pernah tercatat di beberapa wilayah lain. Setelah bencana gempa bumi Haiti 2010, banyak korban memilih kembali tinggal di antara reruntuhan karena tidak ada pilihan lain. Di Suriah, warga sipil bertahan hidup di gedung-gedung hancur selama bertahun-tahun akibat konflik.
Pompeii Hari Ini: Dari Kota Mati Menjadi Jendela Sejarah
Kini, Pompeii adalah salah satu situs arkeologi paling terkenal di dunia, dikunjungi oleh lebih dari 3 juta wisatawan setiap tahun. Situs ini menawarkan jendela yang menakjubkan ke dalam kehidupan Romawi kuno — tidak hanya sebelum bencana, tetapi juga sesudahnya.

Berkat teknologi modern dan penggalian baru, sejarah kota ini tidak lagi hanya tentang kematian — tetapi juga tentang ketahanan, adaptasi, dan semangat bertahan hidup manusia.

By Risma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *