Pati, Jawa Tengah – Suasana Alun-Alun Pati berubah menjadi lautan massa pada Rabu (13/8/2025) lalu. Puluhan ribu warga dari berbagai penjuru Kabupaten Pati memadati pusat kota untuk menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah daerah. Aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak pagi hari ini semakin panas seiring berjalannya waktu, dengan tuntutan utama: Bupati Sudewo harus mundur!

Puncak Kekecewaan Rakyat: Kenaikan PBB yang Dinilai Tidak Adil

Aksi ini dipicu oleh kebijakan terbaru Pemkab Pati mengenai kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dinilai terlalu membebani masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Warga merasa bahwa kebijakan ini tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi mereka yang masih tertekan pasca-pandemi.

Kami sudah lelah dengan janji-janji kosong! Sudewo harus turun!” teriak salah seorang demonstran dengan lantang. Yel-yel penuh emosi terus bergema di sepanjang alun-alun, diselingi teriakan “Lengser! Lengser!” yang semakin memecah kesabaran massa.

Aksi Anarkis Meletus: Gedung Pemkab Jadi Sasaran Amukan Massa

Awalnya, aksi berjalan tertib, namun situasi berubah drastis ketika sekelompok demonstran mulai kehilangan kesabaran. Botol plastik, gelas, hingga batu berhamburan ke arah gedung Pemkab Pati. Beberapa baliho yang tergantung di sekitar lokasi dirusak, sementara gerbang kantor bupati sempat didobrak oleh massa yang marah.

Kaca-kaca jendela di beberapa bagian gedung pecah akibat lemparan batu, sementara halaman dan atap Pemkab dipenuhi sampah botol dan gelas bekas serangan massa. Kepolisian yang berjaga di lokasi sempat memberikan peringatan, namun karena situasi semakin tak terkendali, gas air mata pun dilepaskan untuk membubarkan kerumunan.

Kepanikan Melanda: Warga Berlarian, Pedagang Mengungsi

Kepulan asap gas air mata memenuhi udara, memaksa para demonstran berlarian mencari perlindungan. Sebagian besar mengungsi ke Masjid Agung Baitunnur, sementara para pedagang di sekitar alun-alun terpaksa menutup lapak mereka demi menghindari kerusuhan.

Kami hanya rakyat kecil, jangan diperlakukan seperti penjahat!” protes seorang ibu yang terlihat panik sambil menggendong anaknya yang menangis akibat terkena gas air mata. Suasana mencekam ini berlangsung selama beberapa jam sebelum akhirnya polisi berhasil mengendalikan kerumunan.

Bupati Sudewo Muncul, Malah Disambut Lemparan Sandal

Dalam upaya meredakan ketegangan, Bupati Sudewo akhirnya muncul dari mobil dinasnya dengan mengenakan kemeja putih, peci, dan kacamata hitam. Dengan suara yang bergetar, ia mencoba memohon maaf kepada massa melalui pengeras suara.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh… Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya berjanji akan memperbaiki kesalahan ini,” ujarnya.

Namun, alih-alih diterima, permintaan maafnya justru disambut lemparan sandal dan botol air mineral oleh massa yang masih marah. Beberapa anggota Brimob terpaksa maju melindungi Sudewo dengan tameng anti-riot sambil membawanya menjauh dari kerumunan.

Kerusuhan Berlanjut: Mobil Polisi Dibakar, Water Cannon Dikerahkan

Aksi tak berhenti sampai di situ. Massa yang semakin emosional mencoba menerobos gerbang Pemkab, sementara satu unit mobil provos milik Polres Grobogan dibakar oleh kelompok pengunjuk rasa. Melihat situasi semakin kacau, kepolisian akhirnya menggunakan water cannon dan kembali menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Hingga petang, situasi masih belum sepenuhnya terkendali. Aparat keamanan terus berjaga ketat, sementara warga yang kelelahan mulai membubarkan diri satu per satu.

Apa Dampak dari Aksi Ini?

Insiden ini menjadi catatan kelam bagi pemerintah Kabupaten Pati. Tuntutan mundur terhadap Bupati Sudewo semakin kuat, sementara kebijakan PBB yang kontroversial kini menjadi sorotan nasional. Akankah Sudewo benar-benar lengser? Ataukah ada solusi lain yang bisa meredakan amuk massa?

Satu hal yang pasti: rakyat Pati sudah mencapai titik jenuh mereka.

By Risma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *