Gemolong, Kabupaten Sragen – Jumlah korban keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Kecamatan Gemolong, Jawa Tengah, terus mengalami peningkatan. Hingga Kamis (14/8/2025), tercatat total 365 orang mengalami gejala keracunan, meningkat signifikan dari data sebelumnya yang hanya 251 orang.

Namun, menurut penjelasan dr. Agus Pranoto Budi, Kepala Puskesmas Gemolong, lonjakan angka ini bukan disebabkan oleh kasus baru, melainkan karena adanya 114 laporan tambahan dari korban yang sebelumnya terlambat terdata.

“Kenaikan angka ini bukan berarti ada penambahan kasus baru. Beberapa korban sempat belum tercatat dalam pendataan awal karena berbagai faktor, seperti terlambat melapor atau gejala yang muncul belakangan,” jelas Agus saat dikonfirmasi media.

Rincian Korban per Sekolah

Data terakhir pada Rabu (13/8/2025) menunjukkan, kasus keracunan tersebar di lima sekolah, dengan rincian:

  • SMPN 1 Gemolong: 97 siswa
  • SMPN 2 Gemolong: 61 siswa
  • SMPN 3 Gemolong: 1 siswa
  • SDN Gemolong: 66 siswa
  • SDN 4 Gemolong: 26 siswa
  • SDN 3 Gemolong: 1 siswa

Dengan adanya laporan tambahan, kini total sembilan sekolah dan satu pondok pesantren terdampak, menunjukkan bahwa skala insiden ini lebih luas dari perkiraan sebelumnya.

Kondisi Terkini Korban

Meski jumlah korban meningkat, kondisi kesehatan sebagian besar mulai membaik. Saat ini, hanya lima siswa yang masih menjalani perawatan di rumah sakit, turun dari delapan orang sebelumnya.

“Alhamdulillah, perkembangan pasien secara umum positif. Tiga orang yang dirawat sebelumnya sudah diperbolehkan pulang. Meski begitu, beberapa masih mengeluhkan gejala ringan seperti mual atau pusing, tapi tidak mengkhawatirkan,” tambah dr. Agus.

Pihak Puskesmas Gemolong terus memantau perkembangan kesehatan para korban dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk memastikan tidak ada komplikasi serius.

Respons Pemerintah & Investigasi Penyebab

Sementara itu, pemerintah daerah bersama tim investigasi masih melacak sumber keracunan. Dugaan sementara mengarah pada kontaminasi makanan yang didistribusikan dalam program MBG tersebut.

“Kami sedang mengumpulkan sampel makanan dan melakukan uji laboratorium untuk memastikan penyebab pastinya. Langkah pencegahan juga sudah diambil agar kejadian serupa tidak terulang,” ujar perwakilan Dinas Kesehatan Sragen.

Dampak pada Program MBG

Insiden ini memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat. Sejumlah warga meminta evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan makanan dalam program bantuan sosial semacam ini.

“Kami berharap ada transparansi dari pihak berwenang. Jangan sampai niat baik membantu gizi anak-anak justru berbalik menjadi musibah,” ungkap salah satu orang tua siswa yang anaknya turut terdampak.

Update lebih lanjut akan disampaikan setelah hasil investigasi resmi dirilis.

By Risma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *