Data terbaru dari Pusat Manajemen Bencana (DMC) pada Minggu (30/11/2025) menunjukkan peningkatan signifikan jumlah korban jiwa akibat musibah banjir dan tanah longsor di Sri Lanka. Bencana alam yang dipicu oleh terjangan Siklon Ditwah ini kini telah merenggut 334 nyawa.
Peristiwa tragis ini menandai bencana paling mematikan yang melanda negara kepulauan tersebut dalam kurun waktu lebih dari dua dekade terakhir.
Otoritas setempat mengungkapkan bahwa tingkat kerusakan paling parah baru terungkap di kawasan tengah Sri Lanka, menyusul pembukaan kembali akses jalan yang sebelumnya terblokir oleh material longsor dan pohon-pohon tumbang.
Laporan DMC juga menyebutkan, lonjakan korban meninggal dunia sangat drastis. Dari 212 orang, kini totalnya mencapai 334 jiwa, hanya dalam satu minggu terakhir.
Di sisi lain, kantor berita AFP melaporkan bahwa hampir 400 individu masih dinyatakan hilang, sementara lebih dari 1,3 juta penduduk merasakan dampak langsung dari curah hujan yang mencapai rekor tertinggi.
Untuk mempercepat respons penanganan bencana, Presiden Sri Lanka, Anura Kumara Dissanayake, secara resmi mengumumkan status darurat nasional.
Dalam pidatonya, beliau menegaskan bahwa krisis ini merupakan ujian terberat yang pernah dihadapi negara itu di era modern.
“Kami tengah berhadapan dengan bencana alam paling besar dan paling menantang sepanjang sejarah kami,” ujar Dissanayake.
Beliau menambahkan dengan optimis, “Sudah pasti, kita akan membangun kembali negara ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.”
Tragedi banjir-longsor Sri Lanka kali ini merupakan yang paling mematikan sejak kejadian serupa pada Juni 2003, kala itu 254 jiwa melayang akibat bencana hidrometeorologi.
Meskipun intensitas guyuran hujan mulai berkurang, area dataran rendah di ibu kota Colombo masih tetap digenangi air.
Pemerintah Sri Lanka kini tengah mempersiapkan operasi bantuan berskala besar guna menyalurkan pertolongan kepada para korban terdampak banjir dan tanah longsor.
Diperkirakan, surutnya genangan air di beberapa bagian ibu kota akan memakan waktu setidaknya satu hari penuh. Sementara itu, Siklon Ditwah sendiri dilaporkan telah bergerak menuju India sejak Sabtu (29/11/2025).
Walaupun jumlah korban luka tidak terlalu signifikan, Layanan Transfusi Darah Nasional mengeluarkan peringatan mengenai ketersediaan stok darah yang terbatas.
Organisasi Penelitian Bangunan Nasional turut menyuarakan peringatan tentang potensi risiko tanah longsor susulan, mengingat kondisi lereng-lereng gunung di Sri Lanka masih sangat jenuh setelah diguyur hujan deras berkepanjangan.