Kondisi darurat masih menyelimuti enam desa di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, yang terdampak banjir bandang sejak sepekan terakhir. Material lumpur, kayu, dan sisa-sisa puing masih menutup jalan utama, membuat akses darat menuju enam desa tersebut sama sekali terputus. Desa yang terdampak antara lain Dayah Kruet, Meunasah Cut, Dayah Usen, Meunasah Mancang, Blang Cut, dan Lueng Rimba, semuanya berada di Kecamatan Meurah Dua.

Situasi terisolir ini menyebabkan distribusi logistik dan bantuan medis menjadi sangat terbatas. Wakil Bupati Pidie Jaya, Hasan Basri, menyatakan bahwa beberapa titik infrastruktur rusak parah sehingga mobilitas warga maupun pendistribusian bantuan menggunakan kendaraan roda dua atau empat belum memungkinkan.

“Enam gampong ini aksesnya belum bisa dilalui kendaraan sama sekali, baik roda dua maupun empat. Saat ini warga hanya bisa diakses melalui jalur udara atau berjalan kaki,” kata Hasan Basri kepada CNN Indonesia, Rabu (3/12/2025).

Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah daerah bersama TNI telah menurunkan alat berat untuk membersihkan lumpur dan material banjir yang menutup badan jalan. Hasan Basri menargetkan dalam dua hingga tiga hari ke depan, akses darat menuju desa-desa tersebut sudah dapat dibuka.

Meski enam desa masih terisolir, distribusi logistik dan posko medis di titik-titik pengungsian lain di Pidie Jaya sudah hampir merata. Akses utama menuju Kabupaten Pidie Jaya dari Banda Aceh menggunakan jalur darat dilaporkan lancar, sehingga bantuan dari luar daerah masih bisa disalurkan ke wilayah yang tidak terisolir.

Berdasarkan data posko tanggap darurat Aceh hingga Selasa (2/12) malam, jumlah pengungsi di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 24.842 jiwa yang tersebar di 103 titik pengungsian. Korban meninggal tercatat 17 orang, dengan 18 lainnya masih hilang. Selain itu, 388 orang mengalami luka berat, 1.433 luka ringan, dan 7.728 rumah warga mengalami kerusakan akibat banjir dan longsor.

Warga yang terjebak di desa terisolir sangat membutuhkan pasokan makanan, obat-obatan, dan air bersih. Tim evakuasi terus berupaya menjangkau mereka dengan berjalan kaki atau helikopter, sambil membersihkan jalur utama agar distribusi bantuan bisa lebih cepat dan merata.

Kondisi ini menjadi peringatan keras tentang dampak bencana alam di Aceh, sekaligus menekankan perlunya kesiapsiagaan dan respons cepat pemerintah dalam menyalurkan bantuan ke daerah yang terisolir. Dengan upaya gabungan antara pemerintah daerah, TNI, dan relawan, diharapkan seluruh desa terdampak bisa segera diakses dan kebutuhan dasar warganya terpenuhi.

By Risma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *