Kisah 40 Prajurit TNI Terjang Medan Berat Berjam-jam untuk Salurkan Bantuan ke Daerah Terpencil di Tapanuli Tengah
Empat puluh personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri (Yonif) 122/Tombak Sakti dan Yonif 125/Simbisa terlibat dalam misi patroli serta penyaluran bantuan logistik. Mereka menempuh perjalanan darat dengan berjalan kaki menuju Dusun Lapan Lombu, yang berada di Kelurahan Nauli, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara.
Aktivitas patroli ini bertujuan ganda: pertama, mengevaluasi langsung kondisi area pasca-bencana; dan kedua, memulihkan jalur akses bagi penyaluran bantuan kepada warga yang menjadi korban musibah tersebut.
Berdasarkan dokumentasi foto yang didapatkan oleh Tribunnews.com dari Pusat Penerangan (Puspen) TNI, terlihat jelas para prajurit memanggul tas punggung berukuran besar di bagian belakang tubuh mereka.
Beberapa anggota TNI lainnya juga terlihat mengangkat mesin genset dengan bantuan bilah bambu.
Ada pula prajurit yang tampak membawa perbekalan, seperti telur dan air minum, diletakkan di atas kepala mereka.
Para prajurit tersebut terlihat harus melewati lintasan yang licin karena lumpur dan cukup curam, di tengah-tengah pohon-pohon yang telah tumbang.
Perjalanan yang ditempuh oleh para prajurit ini memakan waktu kurang lebih tiga jam, dimulai dari Desa Parsikaman, melintasi Aek Raisan dan Aek Mompang, pada hari Sabtu, 6 Desember 2025.
Menembus 20 Titik Longsor
Menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal (Mar) Freddy Ardianzah, selama ekspedisi tersebut, para prajurit harus melewati setidaknya 20 lokasi yang terdampak longsor.
Freddy mengonfirmasi pada Selasa, 9 Januari 2025, bahwa “Di sepanjang jalur perjalanan, kami menemukan tidak kurang dari 20 titik longsor yang menjadi penghalang utama akses ke area tujuan.”
Begitu sampai di Kelurahan Nauli, personel TNI segera melakukan pendataan menyeluruh mengenai kondisi wilayah serta mengidentifikasi kebutuhan mendesak para penduduk setempat.
Hasil pendataan tersebut mengungkapkan bahwa pasokan listrik di lokasi tersebut masih berfungsi.
Namun, warga menghadapi kendala serius dalam mendapatkan air bersih, karena saluran air utama terputus pada jarak sekitar satu kilometer dari area pemukiman mereka.
Ditambah lagi, bencana ini juga menimbulkan korban jiwa di sejumlah titik.
Rinciannya, di Aek Mompang ditemukan lima korban (tiga sudah ditemukan, sementara dua lainnya masih dalam proses pencarian); di Desa Mardame, jumlah korban mencapai 13 orang (11 telah ditemukan, dengan dua lainnya masih dicari); sementara itu, di wilayah Kecamatan Sitahuis dan Kelurahan Nauli, tidak ada laporan mengenai korban jiwa.
Kolaborasi antara prajurit TNI dan masyarakat setempat juga berhasil mempersiapkan sebuah Landing Zone (LZ) atau zona pendaratan helikopter. Lokasi ini dianggap krusial untuk memfasilitasi pengiriman logistik via jalur udara.
Freddy menjelaskan bahwa “Zona pendaratan ini memiliki kapasitas untuk menjangkau tiga area yang terkena dampak, yaitu Desa Naga Timbul dengan populasi sekitar 1.200 jiwa, Kelurahan Nauli dengan sekitar 2.000 jiwa penduduk, dan Desa Mardame dengan estimasi 1.100 jiwa penduduk.”
Dia menambahkan, “Adapun prioritas kebutuhan mendesak bagi warga saat ini meliputi bahan pokok seperti beras, mi instan, minyak goreng, kemudian genset lengkap dengan bahan bakarnya, perangkat Starlink, berbagai jenis obat-obatan termasuk untuk gatal dan demam bagi anak-anak maupun orang dewasa, serta pasokan pakaian layak pakai.”
Dalam upaya mengakselerasi proses pemulihan, Freddy menyatakan bahwa beberapa strategi telah dipersiapkan.
Strategi-strategi tersebut mencakup pengiriman logistik menggunakan helikopter Mi-17 dalam tiga kali penerbangan (sortie), pembangunan dapur umum di lokasi, rehabilitasi jaringan air bersih, penyaluran bantuan logistik secara manual ke dusun-dusun yang belum dapat diakses, serta penyediaan layanan kesehatan dan distribusi obat-obatan untuk penduduk.
“Keseluruhan langkah ini diambil guna menjamin terpenuhinya kebutuhan primer warga, sekaligus mempercepat proses stabilisasi situasi di kawasan yang dilanda bencana,” tutupnya.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dirilis pada Senin, 8 Desember 2025, pukul 20.00 WIB, menunjukkan bahwa bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat telah mengakibatkan 961 korban jiwa meninggal dunia, 293 orang dinyatakan hilang, dan lebih dari 5.000 individu mengalami cedera.
Sementara itu, total individu yang terpaksa mengungsi akibat musibah ini terdata mencapai 1.057.482 jiwa.