**Nagari Pagadih Agam Terisolasi Longsor, Bantuan Tiba Setelah Lima Jam Perjalanan Berat**

Nagari Pagadih, yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sampai hari ini masih dalam kondisi terisolasi. Bencana tanah longsor dan kerusakan infrastruktur jalan, yang dipicu oleh intensitas hujan tinggi selama beberapa hari terakhir, menjadi penyebab utama situasi ini.

Akses utama menuju nagari tersebut kini tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Satu-satunya cara untuk mencapai wilayah ini adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Potret keterpencilan Nagari Pagadih ini juga banyak dibagikan melalui dokumentasi visual oleh warga di berbagai platform media sosial.

Jalur penghubung antar wilayah mengalami kerusakan yang sangat parah, sehingga proses distribusi logistik dan bantuan dari luar daerah menghadapi hambatan serius.

Sampai detik ini, masyarakat setempat masih sangat bergantung pada uluran tangan para relawan serta solidaritas yang ditunjukkan oleh komunitas di sekitarnya.

Sebagai bentuk respons kemanusiaan, GP Ansor melalui satuan tugas Banser Tanggap Bencana (BAGANA) telah berhasil menyalurkan bantuan berupa sembako ke Nagari Pagadih. Perjalanan panjang nan melelahkan selama kurang lebih lima jam harus mereka tempuh, melewati medan yang rusak dan berpotensi longsor.

Proses distribusi bantuan ini dilakukan secara gotong royong, memanfaatkan sepeda motor pribadi milik warga setempat dan para kader Ansor.

Bantuan yang telah tiba kemudian langsung diterima dan disalurkan secara merata kepada seluruh masyarakat yang terdampak.

Pemerintah nagari mencatat, setidaknya terdapat 19 unit rumah warga yang mengalami kerusakan mulai dari ringan hingga parah. Selain itu, sekitar 45 rumah lainnya berada dalam ancaman serius akibat pergerakan tanah dan munculnya retakan pada struktur dinding bangunan.

Masyarakat sangat mengharapkan adanya perhatian lebih lanjut dari pihak pemerintah serta lembaga-lembaga kemanusiaan. Harapan utama adalah untuk penanganan segera terhadap rumah-rumah yang tidak layak huni, serta perbaikan akses jalan utama agar bantuan dapat masuk dengan lebih cepat dan aman di kemudian hari.

“Warga menyambut baik kedatangan kami, mereka menyampaikan ucapan terima kasih. Wilayah mereka memang sangat bergantung pada bantuan dari masyarakat umum, mengingat aksesnya yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua,” demikian disampaikan oleh Ketua PW GP Ansor, Chaydirul Yahya.

Yahya juga menambahkan bahwa rute yang sulit menuju Nagari Pagadih tidak sedikit pun menyurutkan semangat para kader Ansor.

Berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan, mereka terus bergerak maju menuju daerah terisolasi yang terdampak bencana.

Sementara itu, Edo Iswara, Sekretaris Nagari Pagadih, menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan sembako yang telah didistribusikan oleh GP Ansor.

Edo menginformasikan bahwa bantuan tersebut telah berhasil disalurkan kepada seluruh warga.

Ia sangat berharap agar pemerintah dan lembaga amal lainnya dapat berupaya membangun kembali rumah-rumah yang terancam, rusak ringan, maupun rusak berat.

“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada GP Ansor, bantuan sembako yang telah didistribusikan kepada kami sudah sampai dan sudah tersalurkan. Ke depan, harapan kami agar pemerintah dan lembaga-lembaga amal dapat membantu untuk rumah-rumah yang tidak layak huni. Ada sekitar 19 rumah rusak berat dan ringan, dan 45 rumah lainnya terancam longsor dengan retakan yang sudah terlihat di dinding rumah,” ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hingga hari Sabtu, 13 Desember 2025, total korban jiwa akibat banjir dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi di Sumatera telah mencapai 1.006 jiwa.

“Berdasarkan data kami, ada 996 jiwa korban meninggal dunia secara umum. Rekapitulasi hari ini dari tiga provinsi menunjukkan angka 1.006 jiwa,” terang Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam sebuah konferensi pers.

Abdul Muhari menjelaskan bahwa perubahan data tersebut terjadi setelah proses verifikasi lebih lanjut dilakukan.

Di Provinsi Aceh, jumlah korban meninggal mengalami peningkatan dari 411 menjadi 415 jiwa. Sementara di Sumatera Utara, angka korban naik dari 343 menjadi 349 jiwa. Kemudian, di Sumatera Barat, jumlahnya bertambah dari 241 menjadi 242 jiwa.

Beliau menegaskan bahwa dinamika data korban ini merupakan hasil dari proses pencocokan yang bersumber pada data kependudukan dan catatan sipil (Dukcapil), serta adanya identifikasi ulang oleh tim yang bertugas di lapangan.

“Beberapa nama yang sebelumnya tercatat sebagai korban bencana, setelah diverifikasi, ternyata merupakan jenazah yang sudah lama dimakamkan di area pemakaman yang turut terdampak banjir dan longsor, sehingga nama-nama tersebut dikeluarkan dari daftar korban,” papar Abdul.

“Jadi untuk korban jiwa meninggal dunia, secara total dari tiga provinsi, dari 995 jiwa per hari kemarin, saat ini telah menjadi 1.006 jiwa,” tambahnya. Selain korban meninggal, BNPB juga memperbarui data mengenai korban hilang dan para pengungsi. Angka korban hilang mengalami penurunan dari 226 orang pada 12 Desember 2025 menjadi 217 orang, yang hingga kini masih terus dalam proses pencarian.

“Untuk catatan nama korban hilang yang ada pada kami, dari 226 pada tanggal 12 Desember kemarin, saat ini tersisa 217 nama yang masih dalam pencarian,” lanjut Abdul.

Di sisi lain, jumlah pengungsi menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, dari 884.889 jiwa menjadi 654.642 jiwa. Penurunan ini sejalan dengan kondisi banjir di beberapa daerah yang mulai surut, memungkinkan sebagian besar warga untuk secara bertahap kembali ke kediaman mereka masing-masing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *